Ketika si pemilik baju datang, si penjahit menyerahkan bajunya dan menerima ongkos. Kemudian si pemilik baju pun pergi.
Keesokan harinya, si pemilik baju datang lagi menemui si penjahit, “Aku menemukan cacat pada jahitanmu ini,” katanya seraya memperlihatkan bagian yang cacat kepada si penjahit. Si penjahit pun menangis. “Sudah tidak usah menangis. Aku tidak ingin menyusahkanmu. Aku rela dengan baju ini,” kata si pemilik baju menghibur.
“Bukan karena ini aku menangis. Aku berusaha agar jahitan bajumu ini bagus dan rapi, tapi masih ada saja cacatnya. Terus bagaimana dengan ibadahku kepada Allah? Aku berusaha sekuat tenaga menunaikannya seumur hidupku, betapa banyak cacatnya. Oleh karena itu aku manangis,’ jawab si penjahit.
Renungkanlah wahai Saudaraku, pola pikir Beliau ini. Alangkah Mulianya.
0 comments:
Post a Comment